Hadist Nabi Menutup Aurat Bagi Muslimah
Dari Aisyah ra. diriwayatkan: Bahwasanya Asma' binti Abi Bakar menemui
Rasulullah saw, sementara ia berpakaian pendek. Maka berpalinglah
Rasulullah saw seraya berkomentar:
يَاأَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا
بَلَغَتِ الْمَحِيْضُ لَمْ يَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلاَّ هَذَا وَ
هَذَا٬ وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَ كَفَّيْهِ٠
"Wahai Asma', sesungguhnya wanita, apabila telah baligh, tidak pantas terlihat kecuali ini dan ini (beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya)." (HR. Abu Daud)
Hari ibu adalah bid'ah modern. Sekalipun ini terdapat aneka ragam
komentar dan segala aspeknya, negatif maupun positif. Yang jelas, Hari
Ibu adalah menebarkan fitnah lewat kata-kata manis dan ungkapan-
ungkapan "luhur."
Adapun Mode, yang biasanya menobatkan "Sang finalis" dan mahkota, dan
menampilkan gambar-gambarnya, adalah tunduk pada ukuran khusus yang
sebagian besar cenderung materialistis.
Dan kita, tak akan mengembangkan ini semua. Jadikanlah iman dengan segala pancarannya sebagai mahkota tertinggi.
Adapun keterkaitan hadis nabawi dan pengantar saya di atas —wahai
pemuda- pemudi— dengan obyek pembicaraan kita, adalah keterkaitannya
dengan pribadi Asma' binti Abu Bakar ra. Sosok Sahabiyah agung, yang
semenjak kecil hingga akhir masa tuanya tersohor sebagai pemudi dan ibu
teladan, dengan segala nasihatnya yang amat berharga dan konsekuensinya
dengan doktrin Rabbani baik pada pribadinya maupun keluarganya.
Sekian di antara nasihat teragung, yang sarat nasehat keibuan adalah
pesan beliau kepada putranya, Abdullah bin Zubair. Panglima penanggung
jawab saat dikepung tentara Abdul Malik bin Marwan di bawah komandan
Alhajjaj bin Yusuf Atstsaqafi di Makkah.
Saya amat berharap kepada kalian khususnya pemudi untuk merenungi dengan
penuh perhatian nasihat tersebut dari sumbernya. Sebab ia mengandung
nasihat yang benar-benar memberi faedah bagimu. Juga semua ibu, sang
pendidik generasi masa depan.
Saya ingin berhenti sejenak pada kata: "Tidak Pantas" sebagaimana
diucapkan Nabi dalam hadis di atas. Sebab inilah yang diinginkan Nabi.
Fitnah, kita tahu. Dia merupakan persimpangan jalan menuju
penyelewengan. Puncak marabahaya dan lembah kesesatan. Jalan bercabang
hingga para penempuhnya seolah dalam penjara. Tidak menemukan kecuali
benteng dan rintangan. Gelap, pekat. Terombang-ambing dalam Sahara
misteri. Buta, bingung, mana jalan menuju selamat.
Inilah kepedihan yang kita rasakan di alam modern ini. Khususnya para
pemuda. Kepedihan merasakan racun dan cobaan fitnah, dan segala macam
yang merangsang nafsu birahi. Tidaklah mereka bangkit dari jebakan,
kecuali terperangkap dalam galian.
Dan tidaklah mereka terkena fitnah, sekedar hanya di jalan-jalan umum,
atau tempat-tempat umum, atau di club-club. Namun fitnah sampai berjalan
dalam arus listrik (elektronik-pen.). Dalam kawat yang membisu dan tak
bisa berkata-kata.
Orang berakal manakah sekarang yang berani berpidato bahwasanya bukan
kerusakan dan dekadensi morallah yang menguasai masyarakat umum?!
Sementara kebaikan dan kerusakan, dualisme yang senantiasa bermusuhan.
Karenanya Rasulullah saw mengkritik Asma' ra. yang berpakaian pendek,
padahal ia telah haid (menstruasi), lelah nampak kembang "Femina"-nya,
dengan nada serius:
يَاأَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا
بَلَغَتِ الْمَحِيْضُ لَمْ يَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلاَّ هَذَا وَ
هَذَا٬ وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَ كَفَّيْهِ٠
"Wahai Asma', sesungguhnya seorang wanita apabila telah baligh, tidak pantas ia terlihat tubuhnya, kecuali wajah dan kedua telapak tangannya (berjilbab)."
Nabi tidak mengatakan: Sesungguhnya pemudi, gadis (fataat). Namun ia
katakan wanita, sebab ia telah mengakhiri masa keremajaan menuju masa
kesempurnaan dan kematangan, sekalipun pada saat itu ia belum menikah.
Dan wajah yang pantas terlihat —tentunya wahai saudari— adalah wajah
yang bebas dari hiasan apapun. Bukan wajah yang dijejali rombongan
lipstik dan bedak. Bersih dari mekar wewangian.
Juga hindari aneka kosmetik semacam pemulas-pemulas lux, memulas kuku
hingga nampak mengkilat dan berkilauan. Bahkan kuku-kuku jemari kaki,
nyaris tidak luput, tenggelam dalam belantara pewarna.
Pemudi-pemudi kita hari ini, betul- betul menelanjangi pesan yang mulia ini hingga kelewat batas tak berujung.
Terlepas dari ini semua, sebagai contoh kecil saja: Remaja putri hari
ini, belumlah sampai usia baligh dan masa subur, mereka lidah teracuni
seribu sahi cara bersolek, berhias, dan model-model busana yang
mengobral tubuhnya. Mengundang fitnah dan rangsangan.
Akhirnya, jalan lurus goncang. Masyarakat terombang-ambing dalam carut-marut dan hiruk-pikuk syahwat dan glamour.
Wahai pemudi Islam ...
Engkau adalah sosok yang bisa menjadi sumber kebaikan dan pembaharuan. Atau lembah kehancuran dan kerusakan.
Ini semua bagimu, di dunia maupun akhirat, saling bertolak belakang.
Keselamatan dan ganjaran, atau kesengsaraan dan siksaan. Maka
bertakwalah engkau kepada Allah wahai pemudi, ikutlah engkau rombongan
orang-orang jujur, beriman, dan taat. Niscaya engkau rengkuh ketinggian
derajat.
0 Response to "Hadist Nabi Menutup Aurat Bagi Muslimah"
Posting Komentar